Friday, November 29, 2013

SOLO SAHABAT BAGI PESEPEDA

Assalamualaikum. SALAM GOWES !

Bagi kalian yang berstatus sama seperti saya yaitu mahasiswa/mahasiswi rantau yang diharuskan untuk berdikari/independen, ditambah dengan ketiadaan moda transportasi seperti motor atau mobil pribadi. Maka, saya sarankan kalian semua untuk bersepeda di kota yang ramah dengan pesepeda ini. Solo, merupakan kota yang menurut saya cukup aman bagi pesepeda baik jarak jauh maupun jarak dekat. Meskipun jalan-jalan di kota Solo yang merupakan jalur utama Yogya-Solo-Surabaya sangat medeni karena seringkali bis, truk dan kendaraan besar lainnya menghantui para pengendara sepeda. 

Saya sebagai pengendara sepeda musiman, atau lebih tepatnya gowes kalau lagi ga ada kerjaan dan suntuk ingin mencari angin segar, sangat menikmati keadaan menggowes di Solo Raya ini. Ada banyak jalur lambat atau citywalk yang bisa digunakan sebagai jalur alternatif para pesepeda. Kampus saya sendiri UNS, sudah membangun pedestrian disepanjang jalan utama kampus. Pembuatan jalur khusus atau trotoar ini memungkinkan bagi pejalan kaki atau pesepeda agar lebih aman jalan di kampus UNS. Meskipun baru beberapa bulan proyek pedestrian kampus ini jadi, namun antusias masyarakat khususnya mahasiswa UNS sendiri sangat terbantu dengan adanya trotoar bagi pejalan kaki ini.

Trotoar di Solo yang merupakan jalur khusus bagi pejalan kaki menurut saya sudah cukup tertib meskipun ada beberapa trotoar di beberapa jalan masih digunakan oleh para Pedagang kaki lima untuk mendirikan tenda. Mungkin hal ini tidak bisa dihilangkan karena mau tidak mau pemerintah kota harus bekerja sama dengan para pedagang agar kenyamanan pengguna jalan semakin baik. Kembali lagi ke duni pergowesan, jika kalian ingin gowes aman dan ingin gowes dengan track yang aduhai bagaikan naik turun gunung, maka saya sarankan kalian gowes di area kampus UNS dan disekitar jalan kampus ISI. Kenapa begitu ? karena kontur jalanan di UNS dan ISI itu naik turun bagaikan perbukitan. Tidak jarang saya menuntun sepeda saya jika saya melewati tanjakan di kampus UNS. Karena kontur yang tidak stabil itulah membuat saya mikir-mikir dulu kalau mau kuliah dengan sepeda karena sepeda saya tidak cocok untuk dibawa downhill :P kecuali kalau saya punya sepeda gunung, maka tidak masalah jika saya kuliah dengan gowes karena dengan menggunakan sepeda gunung membuat saya tidak  ngos-ngosan buat nanjak di area tanjakan sekitar kampus UNS.

Beberapa foto bersama kawan-kawan saat gowes di Jalan  Slamet Riyadi, Manahan, dan sekitar kampus UNS :D



 foto: dokumentasi pribadi


Berikutnya, bagi kalian yang ngaku pesepeda dan tinggal di area kota Solo. Bisa banget bergabung dengan event bulanan yang dilaksanakan setiap hari jumat di akhir bulan. Ya apalagi kalau bukan acara Solo Last Friday Ride. Acara ini berbasis kebersamaan dan solidaritas antar pengguna sepeda di area Solo Raya. Acara ini merupakan kopdar antara semua pengguna sepeda di Solo dan dilanjut dengan konvoi sepeda bareng mengikuti rute-rute yang telah ditetapkan sebelumnya. Saya sebagai pengendara sepeda temporer, baru sekali mengikuti event rutin bulanan ini. Kemarin Jumat (29/11) merupakan hari pertama saya mengikuti acara SLFR yang ke 31 ini. Eksistensi acara SLFR ini cukup patut diacungi jempol karena sudah diselenggarakan selama dua tahun lebih. Antusiasme para pengendara sepeda di kota Solo cukup banyak dan hal ini menandakan bahwa pesepeda di kota Solo masih ada.

Dengan mengusung tema semangat kepahlawanan, SLFR jumat kemarin berjalan dengan tertib dimulai dari start awal di Patung Air Mancur Manahan untuk kemudian jalan mengikuti rute yang lebih panjang seperti biasanya. Saya yang tidak mengikuti rombongan dari awal start di Manahan, hanya bisa mengikuti rombongan dari Stadion Sriwedari karena saya ketinggalan rombongan dan gak sempat ke Manahan. Start dari Manahan jam 20.00 WIB dan diakhiri di Ngarsopuro sekitar jam 22.00. Jalanan disekitar Slamet Riyadi pun berubah menjadi lautan pesepeda karena menurut sumber dari penyelenggara, acara SLFR #31 kali ini merupakan acara dengan rute terpanjang dan dengan peserta terbanyak yaitu sekitar 2800 pesepeda. WOOOOWWW sungguh jumlah yang fantastis sekali dan memang saya tidak bisa berkata-kata, alias speechless saat melihat lautan orang yang nampaknya tidak habis-habis menggowes dibelakang saya. Untungnya saya bisa gowes di urutan paling depan, jadi tidak begitu sesak dengan pengendara sepeda yang membludak di rombongan belakang.

Kemeriahan Solo Last Friday Ride #31 

 foto: dokumentasi @SoloLFR


 foto: dokumentasi pribadi


Berbagai macam komunitas nampaknya hadir ikut meramaikan acara bulanan ini. Mulai dari pesepeda BMX, sepeda onthel, sepeda fixie, sepeda lipat, ataupun sepeda kumbang tumplek blek jadi satu semuanya. Kiranya pemerintah kota Solo lebih perhatian, acara ini bisa menjadi event besar dan diharapkan dapat masuk kedalam salah satu agenda bulanan kota Solo. Saya sebagai pengendara sepeda di kota Solo, merasakan bahwa manfaat gowes di kota ini  banyak sekali. Bisa kenal dengan komunitas-komunitas baru, menjalin koneksi baru dan bisa merasakan euphoria sebulan sekali yang gak bisa dilupakan. Kapan lagi bisa liat Jalan Slamet Riyadi dipenuhi dengan lautan pesepeda? Ya cuma di Solo Last Friday Ride lah jawabannya :)

Sekian ulasan singkat mengenai pengalaman saya sebagai pesepeda. Semoga pengendara kendaraan lain bisa sadar dan siapa tahu mengganti moda transportasi alternatif dengan bersepeda. MARI GOWES :D

                    

No comments:

Post a Comment

orang ngebacot