Monday, December 23, 2013

WHEN THE SUN GOES DOWN

Sudah beberapa minggu ke belakang ini kota yang saya tinggali dilanda cuaca yang sangat bikin kademendotcom. Bagaimana tidak, hujan setiap hari dengan aliran air yang cukup bikin basah baju klo nekat ujan-ujanan, dan bikin cucian anak kosan gak kering-kering karena cahaya dari matahari nampak enggan untuk menampakkan diri. Mungkin ini jawaban dari doa akhir tahun para penggiat doa yang sering kepanasan kala siang-siang menjalani aktivitas di bumi Surakarta. Karena cuaca yang hujan terus menerus ini lah membuat suhu badan saya juga semakin rendah. Bagaimana tidak, kamar yang jendelanya cukup buat keluar masuk angin, membuat suhu dikamar juga semakin rendah. Dingin banget, jadi istilahnya tinggal di kota Solo rasa Tawangmangu. Biasanya kan TW suhu udaranya lebih dingin daripada Solo. Aku ngomong opo toh ki jane? HAHAHAHHAA mbuh. 

Liat aja dari pagi tadi, hari senin yang biasanya dipisuh-pisuhin sama orang-orang mendadak jadi hari paling dingin sedunia. Yaiyalah wong ujan terus dari pagi, walopun gak deres-deres amat ujannya tapi ya bikin mager. Ditambah lagi ada jerawat segede biji bikin tambah mumet. Kapan ketemu situ lagi ? Kapan-kapan klo udah tobat. Mungkin sekarang wonge belum sadarkan diri dan masih pingsan atau mati suri. Atau bisa saja ketemu dengan oknum yang demen tikung menikung. Sudah hatam bagaimana rasanya ditikung oleh teman atau orang yang saya kenal. Perih, pedih, gimana gitu bikin enek. Nampaknya beberapa waktu lagi juga bakalan kejadian. Namanya juga hidup. Gak semua orang bisa suka sama kehadiran kamu. Mungkin mereka hanya menganggapmu angin lalu, atau hanya menganggapmu tempat sampah. HAHAHAHAHHAKESIANDEHLUHHAHAHHAHAHAHAH

Inti dari masalah yang sebenarnya apakah gerangan? masalah waktu. Waktu terus berputar dan kamu belum sadar juga sampai sekarang? sungguh hebat. Kemana kata-kata yang dulu sering dilontarkan itu? apakah menguap seiring dengan makin derasnya pula curah hujan di bumi kentingan ini ? ataukah tinggal menjadi puing-puing keresahan yang teronggok di dalam jiwa yang pasrah *apasih*. Hanya Allah yang tahu jawabannya, karena Ia yang Maha Tahu, kalau saya sih tempe. Gambar dibawah ini mungkin bisa menjadi jawabannya, idealnya kapan sih waktu yang tepat kita akan menetas dan bisa sekuat dan seteguh matahari? dia rela dihujat, dicemooh, dipisuhi, bahkan dijelek-jelekkan karena sinarnya mengganggu kelangsungan hidup manusia yang merasa kepanasan. Namun di satu sisi, banyak yang menggunakan sinarnya untuk keperluan lain. Tukang kerupuk repot kalo gak ada sinar matahari, karena kerupuknya ga bisa kering. Tukang bangunan bisa bangkrut klo sinar matahari ga ada, karena semen dan batu bata yang baru disusun jadi susah keringnya. Opo meneh? ya pokoke gitu dah. Siapa yang gamau jadi matahari? mau banget jadi matahari tapi bukan matahari department store. Ideologi ngasal tapi ya lumayan jadi pencerahan kala senja abis maghrib gini. Semoga kalian semua ga menjadi oknum-oknum baik yang penikung ataupun ditikung. 



No comments:

Post a Comment

orang ngebacot