Kepadanya, satu nama yang kutuju dalam tulisan kali ini.
Mungkin terdengar seperti dibuat-buat namun yakinlah bawa semua yang ada disini adalah murni yang aku rasakan kali ini. Rasa yang sudah lama tak pernah ku utarakan karena kendala susah menulis apa yang dirasakan jikalau tidak kepepet. Jika ini adalah tulisan terakhir yang aku buat dalam hidupku, maka biarkanlah aku merangkai kata seindah-indahnya agar tulisanku akan menjadi kenangan, seperti kisah hidupku yang penuh dengan memori yang indah.
Dialah, seseorang dibalik tulisan ini. Yang selalu membangunkanku tiap subuh tiba, namun tak ada percakapan sepele tiap pagi yang syahdu untuk sekedar menawarkan sarapan roti bakar dan teh manis hangat. Maklum, kebiasaan selalu terburu-buru. Minum air putih segelas saja sudah lebih dari cukup untuk menghadapi sesaknya penumpang didalam kereta commuter line di jam-jam sibuk. Aku ingat setiap pagi, jadwal mengajarmu tiap senin sampai jumat yang kadang di hari tertentu kamu berangkat agak siangan dikarenakan jadwal mengajar yang siang hari pula. Kita bertemu hanya di jam-jam tertentu. Tidak seperti dulu saat kita masih sama-sama menikmati masa liburan semesteran. Ah sudah berlalu...
Lalu, dipenghujung tahun ini. Tepat di bulan Oktober, aku yakin Sang Maha Pencipta menciptakan bulan baik untukmu di tahun ini. Ya, ini adalah bulanmu. Bulan kelahiranmu, bulan kelulusanmu, bulan sidang skripsimu, dan segera akan menjadi bulan dirimu akan mengenakan atribut sarjana. Sungguh betapa cepat waktu berlalu. Aku tak tau akan jadi apa dirimu jika di bulan ini target yang kamu rencanakan tidak berjalan sesuai rencana. Semua sudah diatur oleh-Nya dan alhamdulillah kamu sudah berhasil melewati itu semua, meskipun aku hanya bisa memandangmu secara virtual. Sudah barang umum kalau semua kontak dan komunikasi hanya sebatas percakapan sederhana di ponsel. Itupun jika kamu tidak kelelahan karena kegiatan yang menguras energimu di hari itu. Aku hanya bisa memandangmu secara digital, melalui sinyal dan koneksi yang seharusnya bersahabat.
Tepat di hari ini, kamu pun selesai menjalani sidang ujian skripsimu. Walaupun tidak ada penyemangat yang berarti dariku, namun percayalah bahwa setiap langkahmu sudah direncakan oleh-Nya. Aku hanyalah sebatas perantara untuk selalu mengingatkanmu dan menyemangatimu semampuku. Aku terlahir sebagai perempuan yang tidak mampu bersilat lidah, namun aku bisa membunuhmu dengan kata-kataku yang berbisa dan tajam seperti pedang. Sejenak aku berpikir, apakah aku sejahat dan sekeji itu? Memang akhir-akhir ini aku seperti kurang bersahabat. Semenjak aku tidak lagi available untuk kegiatan membantu ibuku dirumah sehari-hari, aku seperti dilanda shock effect.
Maaf jika akhir-akhir ini kata-kata yang terlontar dari mulutku selalu melukai hatimu. Itu murni bukan kesengajaan. Seperti pisau yang memiliki dua mata pedang, seperti itu juga mulutku. Kadang berguna untuk merayumu, namun kadang tak sengaja kupakai bagian yang tajam itu. Sejak pagi hari tadi, hatiku gelisah mengingat dirimu siang ini akan ujian. Sebenarnya tidak ada yang salah denganmu, namun mengapa kamu tidak mengabarkan dirimu sebelum ujian. Setidaknya tidak membuat cemas orang yang menyayangimu *uhuk* Kemudian kamu pun datang membawa pujian untukku. Aku senang dengan kata-katamu walaupun aku tak tau apakah itu murni kamu memujiku ataukah hanya rayuan semata. Entahlah, semua yang kamu lakukan untukku terlalu berharga untuk dilupakan.
Perempuan diciptakan untuk lebih memakai perasaan daripada logika. Kadang aku menyampingkan perasaan orang lain, semata-mata untuk kepentinganku. Memang aku egois, tapi aku merasa hidupku baik-baik saja dan aku tidak pernah merugikan orang lain. Jika ada yang komplain dengan statementku sebelumnya, silahkan komen :p. Jangan memandangku dengan sebelah mata, tidak semua yang aku ucapkan adalah murni apa yang kurasakan dalam diamku. Aku lebih banyak menyendiri dan menyimpan semua rahasiaku daripada menceritakannya kepada orang yang salah. Kamu adalah satu-satunya orang yang aku percaya saat ini selain keluarga dan sahabatku. Jadi, jangan pernah berpikir bahwa aku tidak pernah menghargaimu karena semua yang kamu lihat tidak sepenuhnya benar dan sesuai dengan asumsi pribadimu.
Tentang perasaan, sudah berapa lama kamu merasa nyaman dengan diriku ? pertanyaan sama yang akan aku tanya pada diriku sendiri. Setahun kurang belum berlalu, kita saling mengenal dan mengerti baik buruk sifat masing-masing. Sampai sekarangpun masih belum bisa juga lulus dalam mata pelajaran "Mengerti Pasangan" jika sudah lulus mata pelajaran ini, sudah dipastikan kita berdua telah hidup di fase kehidupan berikutnya yaitu...... PERNIKAHAN. Semua itu tidak akan terwujud jika masih ada dendam dan rasa yang mengganjal di dalam hati. Pelajaran yang paling susah untuk lulus dengan nilai A adalah IKHLAS, PEMAAF, dan SABAR.
3 kunci keberhasilan dalam berbagai aspek kehidupan. Aku percaya 3 kata itu jika dilaksanakan dengan sebaik-baiknya manusia, maka keberkahan dan kebahagiaan hidup tak pernah dilewatkan. Ingatlah selalu bahwa ada aku yang tetap setia mendengar keluh kesahmu, walaupun dirimu jarang bercerita hal-hal sepele. Aku juga tak tahu sampai kapan akan bertahan dengan keadaan yang penuh dengan jarak ini. Semoga tak ada yang lain yang mengganggu kelangsungan hidup kamu (dan aku). Sekali lagi, selamat atas keberhasilanmu hari ini. Aku mencintaimu dan menyayangimu semampu dan sebisaku, tak melampaui batas cintaku pada penciptaku :)
Selamat menempuh hidup baru
selamat sarjana
selamat fokus ke target hidup berikutnya
We'll reach our dreams together soon
Baik-baik disana ya, Mas Adit
:)
No comments:
Post a Comment
orang ngebacot