Tuesday, June 19, 2012

BUNDLE OF JOY


Ditengah himpitan dunia yang keras dan gemerlap akan bayang-bayang semu kenikmatan dunia, seorang wanita berhasil bertahan ditengah kondisi dan situasi seperti ini. Sebut saja dia Joy. Perawan yang satu ini berhasil menaklukan kota antah berantah, tempat dimana ia tinggal sekarang dan tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Joy adalah seorang gadis yang pada saat ini tengah menuntut ilmu dan berpisah dengan keluarganya dengan jarak ribuan kilometer. Tak mudah untuk menjadi seperti dirinya, karena hidup sendiri mengharuskan ia untuk mandiri dan berpedoman teguh pada kata “INDEPENDENT” berdikari, berdiri di atas kaki sendiri.

Kala beberapa masa yang silam, Joy tak pernah membayangkan hidupnya akan se-berwarna seperti sekarang. Banyak sekali ilmu, pelajaran, sahabat, perjalanan, cerita, dan hal-hal menarik lainnya yang ia temui di negeri yang dia tinggali sekarang. Padahal Joy memiliki dua saudara kandung yang tak pernah sukses merantau jauh seperti dirinya. Joy merasa bangga dan merasa satu level diatas saudara kandungnya karena berhasil merantau selama tiga tahun terakhir yang penuh perjuangan ini.

Joy, di sini memiliki banyak teman, banyak kawan, senang bermain, senang berkumpul, senang bercanda, senang tertawa, namun tak luput juga dari segala duka. Masa-masa sulit telah berhasil Joy lewati dalam hidup ini dan ia pun merasa bahwa dirinya tak lagi seperti dulu saat masih tinggal bersama orangtuanya.

Kota yang Joy tinggali sekarang sangat tenang, damai, dan penuh dengan kearifan lokal penduduknya. Kota ini sangat cocok untuk hidup seorang Joy yang penuh dengan keceriaan dan beragam kebudayaan lokal yang setiap saat bisa ditampilkan. Joy sangat senang karena bisa menjadi bagian dari kawan-kawan organisasinya yang cerita di dalamnya penuh dengan konflik dan haru biru, sebuah keluarga baru dari benih-benih minat yang Joy tekuni. Sebuah keluarga baru yang kapan saja menerima Joy baik dalam senang maupun susah.

Joy memiliki banyak sahabat, dan sahabat yang ia miliki sudah bagaikan pelipur lara di kala hidupnya sedang gundah gulana. Tak berpikir apapun jenis kelaminnya, Joy berteman dengan siapa saja. Mau perempuan, laki, bencong, gay, maho, Joy tak peduli dengan semua itu walaupun kadang-kadang perlu dipertanyakan juga status teman-temannya yang sudah terlalu lama sendiri.

Joy adalah sosok wanita pendiam yang suka menulis di pikirannya saat sedang berdiam diri. Tulisan yang ia pikirkan adalah pertanyaan-pertanyaan mendasar yang ada di hidup ini. Ia senang menulis namun tulisan yang dia pikirkan hanya ia rangkai dalam kata-kata di dalam pikirannya. Joy bisa membaca pikiran orang lain dari tulisannya karena tulisan dapat mencerminkan kepribadian seseorang (hal ini yang membuat Joy gampang jatuh hati dengan orang-orang yang memiliki tulisan yang menarik).

Filsafat adalah salah satu materi yang ingin ia kuasai karena filsafat adalah hal yang paling logis menurutnya.
“aku ingin tahu mengapa semua ini ada ? aku ingin tahu mengapa aku diciptakan berupa wujud wanita, dan aku ingin tahu mengapa semua benda-benda di dunia memiliki nama paten yang turun-temurun diwariskan kepada anak cucu para pewaris kita”

Tatkala ingin menonton sebuah pertunjukkan kebudayaan lokal, Joy sangat antusias walaupun bahasa yang digunakan tidak ia mengerti mengingat ia hanyalah pendatang. Joy memiliki ketertarikan sendiri pada gamelan. Kampus tempat ia menimba ilmu memang bukan kampus untuk anak-anak dengan criteria khusus untuk menjadi seniman, namun kampusnya bersebelahan dengan kampusnya para seniman. Setiap belajar di kelas dan sedang menerawang apa yang diterangkan dosen kepadanya, telinga Joy selalu menangkap suara-suara music yang berasal dari kampus sebelah.

Banyak suara yang membuat gelisah hati dan pikirannya. Ingin rasanya Joy ikut menceburkan diri ke dalam kumpulan orang-orang yang sedang bermain music itu. Apalagi music kontemporer antara music perkusi dan gamelan. Sungguh perpaduan yang membuat Joy ingin segera menenggelamkan diri dalam riuhnya perpaduan kedua jenis hal yang bisa memabukkan pikiran itu.

Joy sangat bersyukur karena hidup di kota yang jauh dari hingar bingar. Tak dapat dibayangkan kehidupan ibukota di jaman sekarang. Walaupun di daerah yang Joy tinggali terbilang sepi dan tak semeriah ibukota, namun ia sangat menikmati keramaian-keramaian yang tak selalu datang setiap hari. Pada suatu waktu, Joy ingin sekali hijrah ke kota ini. Kota dimana ia belajar sekaligus mencari jatidiri yang sebenarnya. Kota yang penuh sukacita, tidak seperti ibukota, yang penuh dengan cerita dunia yang fana, semoga saja keinginan Joy ini dapat terkabul.

“aku ingin hidup di kota yang ramai dan sepi, ramai akan hingar bingar dalam mencari kebahagiaan di hati, namun sepi dalam hingar bingar kericuhan dan kerusakan. Aku ingin…..”

Betapa merindunya Joy kepada keluarganya di tanah asli yang ia tinggali. Ingin rasanya memboyong semua keluarganya kesini, ke tempat ia berada sekarang. Namun itu hanyalah mimpi. sebuah impian yang mungkin akan terwujud beberapa tahun lagi, sebuah impian untuk menghadiahkan sebuah istana yang mungil, tenang, dan damai. Sebuah keniscayaan namun tak dapat ditolak jika memang terjadi jalan takdirnya seperti itu.

Ah sudahlah, terlalu banyak beranda-andai akan membuat kita berekspektasi berlebihan. Semoga saja jalan ini akan terbuka, dan Joy pun akan segera terbebas dari belenggu pikiran yang penuh dengan imajinasinya yang terbilang absurd dan tak biasa itu. Biarlah ia menikmati hidupnya sekarang, agar kelak nanti ia bisa menjadi sosok wanita yang bertanggung jawab kepada dirinya sendiri, keluarga, orang lain, dan alam semesta yang ada dunia ini.

“Biarkan bulan berjalan tunduk menyambut senyuman matahari, biarkan matahari membuka mata membangunkan alam yang lelap” sebuah lirik dari Payung Teduh.
Seperti namanya, biarkan Joy menikmati masa mudanya dengan penuh sukacita, bahagia, sedih dan suka, serta penuh canda tawa.

Tulisan ini terinspirasi dari sahabat saya Hapsari Pradipta,
Terima kasih telah menjadi bagian dari hidup saya sampai saat ini
You’re my  bundle of Joy 


JOY - KENTINGAN - 2012

No comments:

Post a Comment

orang ngebacot