Assalamualaikum. Postingan kali ini adalah sebuah pengingat bahwasanya mengadakan perjalanan selama pandemic merupakan suatu keputusan yang sangat besar karena kita tidak pernah tau akan menghadapi apa ditempat tujuan dan hal yang dibutuhkan menuju kesana. Perjalanan ini dimulai dari tanggal 24 Desember 2020 jam 03.00 pagi, suami saya sudah bangun dan siap-siap karena flight keberangkatan kami (saya, suami, 2 anak) menuju kota Solo adalah jam 07.00 pagi. Dimana posisi rumah saya di Cipondoh dan bukan jarak yang jauh untuk menuju ke bandara Soekarno Hatta. Dua hari sebelumnya, saya dan suami sudah cek Swab Antigen di Soewarna Business Park dengan biaya 200.000 per orang. Disana saya booking dan bayar lewat traveloka dan kami berdua datang jam 09.00, antri pendaftaran dan ambil sample swab sampai jam 10.40 dan karena untuk ambil hasil ini kami tidak mau buang-buang waktu. Akhirnya kami tinggal saja, dan suami yang akan ambil hasilnya di sore hari. Setelah swab, kami juga memastikan ke Terminal 2 Bandara Soetta bagaimana mekanisme bepergian dengan 2 anak balita. Menurut informasi petugas kesehatan di bandara dan juga Kantor Kesehatan Pelabuhan, anak dibawah 12 tahun tidak perlu menyertakan tes rapid ataupun swab baik antigen dan antibody. Artinya hanya kami berdualah orangtuanya yang perlu diswab. Informasi sudah diconfirmed, dan kami pun packing untuk penerbangan tanggal 24 pagi besok.
Kembali ke tanggal 24, kami sampai di bandara pukul 04.40
dan langsung antri untuk chek-in di terminal 2D karena kami naik maskapai Lion
Air. Selesai chek-in, kamipun solat subuh dan Alhamdulillah jam 06.00 udah bisa
boarding. Tepat pukul 07.00 pesawat kami take-off dan bocah dua di atas pesawat
sempet rewel dikit, akhirnya mereka berdua tidur bentar diatas karena masih
ngantuk subuh-subuh udah dibangunin. Sampe solo jam 08.00 pagi, kita naik taksi
bandara menuju kerumah suami. Sampe sukoharjo jam 09.00 pagi lah kira-kira.
Anak-anak langsung mandi, makan, dan kamipun menikmati suasana dirumah aja.
Hehehehhehe
Keesokan harinya di tanggal 24 pas hari natal tuh, saya dan
suami berencana mau main ke kota solo. Saya udah rapi udah dandan siap tinggal
berangkat, tapi ibu mertua nyuruh suami saya anter ke pasar karena ibu mau cari
bahan pelengkap buat jahitannya. Yaudah saya nunggu ibu mertua dan suami saya
kepasar dulu baru abis itu jalan ke solo. Ibu mertua dan suami ngajak aisyah
juga ternyata ke pasar naik motor, dan tiba-tiba suami pulang duluan sama
aisyah ngabarin klo ibu jatuh dari motor. Aisyah dianter pulang, dan rencana
saya ke kota Solo pun otomatis batal. Aisyah nangis seharian karena mungkin
syok liat mbahnya jatuh dari motor sampe berdarah-darah. Bahkan sampe sekarang
pun Aisyah masih gamau main sama mbah karena takut trauma dan syok pas liat
mbahnya jatuh dari motor.
Akhirnya ibu mertua dibawa ke klinik untuk dijahit kepalanya
karena ada luka, habis itu dirujuk ke RS Kustati Solo. Ibu dirawat di Rumah
Sakit dan suami gantian jagain sama sepupunya klo malem. Saya pun di Solo yang
tadinya agenda mau liburan jalan-jalan, batal semua karena ibu masuk RS.
Sungguh indah ke Solo kali ini. Di hari ke 3 ibu masuk RS, Alhamdulillah udah
boleh pulang dan hasil CT-Scan pun keadaan ibu baik-baik aja. Suami yang gak
enakan sama saya karena belum kemana-mana, akhirnya ngajak saya jalan di hari
yang lowong. Tujuan kita pertama adalah ke bandara Adi Soemarmo Solo untuk
rapid swab antigen. Disana biaya per-orang adalah 170.000 dan hasil bisa
ditunggu kurang lebih 1-2 jam. Saya dan suami tes disana jam 10an pagi dan kita
memutuskan buat ninggalin dulu karena daripada buang-buang waktu dibandara buat
ambil hasilnya, mending kita ke kota dulu buat makan siang.
Karena melihat postingan sobat-sobat saya di solo yang lagi hype banget itu adalah resto atau café yah lebih tepatnya. Namanya @TFPKopiwarun yang artinya The French Press Kopi Warung, terletak di Pasar Gede Solo yang saya gak nyangka ternyata di gedung seberang pasar itu banyak warung makan dan café-café kecil Iantai atas. Akhirnya kita memutuskan untuk mesen 2 main course, 1 salad, dan 1 pancake. Harga disini dipukul rata untuk main course yang porsinya bisa buat 2 orang seharga 35k sahaja. GILAKK ga pake pikir panjang sih kmaren kesini ama misua ditengah keadaan yang sangat lapar karena pagi-pagi belum sarapan dan udah ngacir ke bandara untuk swab, kita pesen menu 4 macem dan porsinya ternyata gede-gede ya kak. Alhamdulillah deh..
Di subuh hari tanggal 29/12 saat kepulangan kami ke jkt, semua sudah siap dan anak-anak pun langsung diboyong ke bandara dengan baju tidur karena ga mungkin kan subuh-subuh bocah dimandiin. Pamitan sama ibu, mbah, sodara, dll dan kita capcus ke bandara kelar solat subuh dirumah. Sampe bandara tidak ada hal yang mencurigakan karena sebelumnya di Bandara Soekarno-Hatta, anak-anak dibawah 12th tidak perlu bawa hasil rapid atau swab. Akhirnya petugas pun mulai muncul dan semua penumpang antri untuk validasi surat hasil swab antigen. Saat chek-in di counter Citilink, muncul hal yang mencengangkan yaitu anak-anak harus rapid antibody apabila ingin terbang. JEDAAARRRR seketika langsung panik dan kesel kenapa ga dikasitau dulu, peraturan berubah katanya baru hari kemarin dan kita ga diinfokan apapun di email ataupun sms. Akhirnya kami berempat lari-lari ke pos rapid yang kemarin kita datangi, untungnya bawa fotocopy Kartu Keluarga buat jaga-jaga dan bocah dengan terburu-buru kita datangin petugasnya biar didahuluin karena flight kita jam 07.45. saat diambil darah ga ada drama Alhamdulillah dan kita tinggal nunggu hasilnya aja.
Dan ternyata apa hasilnya? Abimanyu non-reaktif, Aisyah reaktif….. JEDAAARRRR drama apalagi ini. Akhirnya saya sama suami bingung kan berdua gimana nih klo swab sekarang gamungkin keburu, udah tinggal beberapa menit lagi pesawat take-off dan akhirnya kami memutuskan untuk pisah aja dulu. Saya dan Abimanyu pulang hari ini, suami dan Aisyah direschedule tiketnya sampai tanggal 2 Januari. Yasudahlah akhirnya terjadi lagi lah drama naik pesawat berdua bayik aja di moment yang gak mungkin terulang wkwkwkkwk. Saya Cuma bawa tas kecil, koper dan barang-barang dibawa balik ama misua kerumah mertua. Saya pun cek-in dan masuk berdua bayi dengan keadaan haus karena kebanyakan lari-lari dan didalam pesawat saya cuman bisa diem ajak main adek biar dia gak cranky. Alhamdulillah sampe JKT juga, langsung capcus naek taksi kerumah dan setengah jam kemudian saya udah nyampe langsung ngabarin suami dan mama saya juga dirumah klo saya udah sampe. Sungguh drama ini takkan pernah hilang dari memoryku :”””)
Kami melewatkan momen tahun baru dengan LDM karena ayah dan
aisyah di solo, saya dan abimanyu di tangerang. Tapi gakpapa sih jadi mereka
berdua lebih lama nemenin ibu mertua dirumah, heheheh. Pas 2 hari sebelum
pulang, aisyah rapid lagi dan masih reaktif. Akhirnya karena masih reaktif
terus, suami coba swab antigen ke aisyah, Alhamdulillah hasilnya negative. Entah
kenapa reaktif mulu, mungkin badan dia sedang menghadapi virus-virus karena gak
cuman pemicunya covid aja kan, heheheh. Yaudah di tanggal 2 januari pun suami
dan aisyah pulang ke jkt, adek dan mbak pun dipertemukan kembali dengan bahagia.
Pelajaran yang bisa diambil adalah, perjalanan saat pandemic
sungguh menguras biaya dan tabungan. Entah untuk biaya rapid atau kebutuhan tak
terduga. Jujur cost yang dihabiskan saat ke solo kali ini paling banyak ya untuk biaya swab itu, jajan atau kulineran
di solo juga kita cuma beberapa kali aja. Yaudalah dinikmati saja semoga rejeki
kita kembali normal di tahun 2021 ini dan semoga pandemic ini cepet berakhir. Aminnnn